Harian Amerika Serikat, Wall Street Journal (WSJ) edisi pekan ini menyebut hal itu tidak terlepas dari pengalaman di masa lalu tim Badan SAR Nasional, dalam menangani berbagai kecelakaan pesawat dan kapal ferri. Kemampuan itu kembali ditunjukkan ketika pesawat AirAsia QZ8501 yang dinyatakan hilang pada Minggu kemarin ketika terbang dari Surabaya menuju ke Singapura. Saat itu, pesawat mengangkut 155 penumpang dan 7 kru.
"Indonesia memiliki begitu banyak pengalaman dengan bencana. Namun, mereka sangat hebat dalam melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan," ungkap Waldron.
Bahkan, hanya dalam waktu tiga hari saja, otoritas Indonesia telah berhasil menemukan puing pesawat. Selain itu, penyidik Indonesia memiliki kaitan yang begitu dekat dengan badan yang menyelidiki kecelakaan penerbangan di seluruh dunia, termasuk Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat.
"Penyelidikan apa pun akan dilakukan secara menyeluruh," imbuh Waldron.
Indonesia pernah mengalami kecelakaan lainnya ketika pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh Lion Air jatuh ke laut ketika hampir menyentuh landasan pacu di Bandara Ngurah Rai, Bali pada 13 April 2013. Kendati dalam kecelakaan itu tidak ada satu pun yang ditemukan tewas, namun Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) merilis laporan awal pada bulan Mei tahun 2013.
Laporan awal mengenai kecelakaan pesawat jet Sukhoi 100 pada Mei 2012 lalu yang menewaskan 45 orang saat tengah melakukan penerbangan percobaan, dirilis pada Agustus di tahun itu.
"Indonesia sesungguhnya juga memiliki kendaraan laut nirawak yang dapat melintasi lautan luas," ungkap seorang konsultan penasihat penerbangan, Mark Martin.
Dia pun yakin jika satu pesawat jatuh, tim SAR Indonesia bisa melacak dengan cepat dan upaya pencarian akan berbuah kesuksesan. Kru pesawat telah terbiasa dengan rute penerbangan dan navigasi cuaca di area tersebut. (Ni Kumara Santi Dewi)