Sabtu, 25 Oktober 2014

104.000 hektare hutan di Banten kritis

Serang - Sekitar 104.000 hektare hutan di Provinsi Banten dilaporkan
dalam kondisi kritis.

"Kami setiap tahun melaksanakan gerakan penghijauan hutan dan lahan,"
kata Kepala Seksi Rehabiliatsi Lahan Perhutanan dan Sosial Dinas
Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Provinsi Banten Haryadi di
Serang, Selasa.

Ia mengatakan dari 104.000 hektare tersebut terdiri atas kawasan hutan
milik masyarakat dan hutan lindung yang tersebar di delapan
kabupaten/kota.

Penyebab hutan kritis itu akibat rendahnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga kelestarian hutan dan lahan.

Selain itu, penebangan yang dilakukan masyarakat tidak seimbang dengan
penanaman.

Penyabab lainya, kata dia, adanya aktivitas penebangan liar di kawasan
hutan lindung hingga ribuan kubik kayu bulat dijual ke luar
daerah/tahunnya.

Pemerintah Provinsi Banten bersama pemerintah kabupaten/kota madya
terus melaksanakan gerakan penghijauan untuk mengembalikan lagi
menjadi hutan hijau.

"Kami mengimbau masyarakat menjaga hutan dan lahan agar tidak rusak
yang bisa menimbulkan bencana alam," ujarnya.

Menurut dia, Provinsi Banten memiliki kawasan daerah hulu sehingga
perlu dilakukan pelestarian lingkungan alam.

Sebab apabila kawasan hutan itu kondisinya kritis maka dapat
menimbulkan kebanjiran, kekerinagn dan longsor.

Kawasan daerah hulu itu berada di Kabupaten Lebak dan Pandeglang,
termasuk kawasan Gunung kendeng, Gunung Karang, Gunung Halimun dan
Gunung Aseupan.

"Kami berkomitmen terus meminimalisasi kerusakan hutan itu dengan
melaksanakan gerakan penghijauan," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun)
Kabupaten Lebak Kosim Ansori mengatakan gerakan penghijauan tahun 2014
ditargetkan sekitar 7 juta tanaman keras antara lain mahoni, albasia,
trembesi, jabon, jati dan tanaman hortikultura.

Ia meminta masyarakat menyadari kelestarian hutan dengan melaksanakan
penghijauan tanaman keras di sekitar hutan rakyat.

Saat ini banyak masyarakat menebang pohon, namun tidak disertai
penanaman kembali.

Akibatnya, hutan menjadi gundul dan rawan terhadap bencana longsor," katanya.

Apabila, hutan dijaga kelestarian alamnya, maka dapat mencegah
terjadinya bencana longsor dan banjir, terlebih daerah-daerah resapan
tangkapan air dan sumber mata air yang ada di kawasan hutan.

"Kita setiap tahun dipusingkan dengan bencana alam banjir dan
longsoran karena rusaknya hutan akibat adanya penebangan liar,"
katanya.


Editor: Ella Syafputri

--
8ahRI

0 komentar: